Cari Blog Ini

Produk Limbah dan Daur Ulang Untuk Ekspor

>> Minggu, 17 Oktober 2010


Di Ngawi, Jawa Timur banyak terdapat hutan jati dan bekas/sisa pohon jati yang ditebang yang akarnya dibiarkan terlan¬tar begitu saja tertimbun tanah. Dalam upaya penanaman kem¬bali, pihak Perhutani kesulitan untuk menggali, mengangkut atau memindahkan limbah pen¬ebangan pohon tersebut. Sukesi, pemilik Sinar Jati Furniture dari Ngawi Jawa Timur melihat limbah tidak berguna ini sebagai bahan baku furniture. Akar-akar pohon jati yang terbengkalai itu kemudian diolah menjadi kursi, meja, lemari, pintu, gazebo, dan sebagainya dengan corak dan motif yang unik. Bahkan ban¬yak yang dibuat menjadi hiasan rumah dengan variasi ukiran yang indah. Nilai jualnya bisa mencapai puluhan juta Rupiah per jenis. “Saya sudah ekspor ke berbagai negara, tapi saya tidak ekspor langsung. Saya beker¬jasama dengan perusahaan yang bersedia mengekspor produk saya,” jelas Sukesi.

Sementara itu, limbah kayu jati juga dapat diolah menjadi produk kerajinan, termasuk kerajinan alat musik jenis saxo¬phone sekalipun. Perusahaan Saxwood adalah home industry yang memproduksi alat musik tersebut. Kayu jatinya merupa¬kan kayu jati dengan kadar air nol persen, sehingga suara yang dihasilkan sangat baik. Limbah kayu jati yang semula dijadikan kayu bakar kini menjadi barang bernilai ekonomis cukup tinggi. Saxophone yang dibuat oleh Saxwood dijual mulai dari Rp. 5 juta hingga Rp. 12 juta.

Pemi¬nat dari luar negeri pun cukup banyak, kendati sampai saat ini belum diekspor. Alat musik ini juga pernah dipakai pada even Java Jazz.

Lain lagi halnya dengan PT. Sumber Warna Prima (PT.SWP). Perusahaan percetakan ini memproduksi berbagai per¬alatan yang terbuat dari kertas, seperti kantong atau tas ker¬tas, buku, album foto, kartu ucapan dan sebagainya. Uniknya, semua peralatan yang dibuat selalu dihiasi dengan motif batik dengan ba¬han baku ramah lingkungan. “Semua produk kita diran¬cang multi fungsi. Misalnya kantong atau kertas untuk barang, setelah dipakai dapat digunting dan motif batiknya dapat dijadikan hiasan dind¬ing atau lainnya,” ujar Fery, karyawan PT.SWP.
Umumnya setiap produk PT.SWP mengandung bahan daur ulang. Namun demikian tidak mungkin menggunakan 100% daur ulang karena akan mempengaruhi kualitasnya. Sementara itu tinta yang di¬pakai berasal dari minyak ke¬delai, sehingga tidak berba¬haya bagi lingkungan. “Tinta tersebut masih kita impor dari Jerman, namanya tinta Hostman,” jelas Fery. (YAN)

Sumber : Sumber : Journal TEI 2010, Edisi No. 4, Sabtu 16 Oktober 2010

0 komentar:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP