Cari Blog Ini

Mentan: Bangkitkan Industri Kakao Indonesia

>> Minggu, 17 Oktober 2010


Menteri Pertanian Suswono mengatakan industri kakao harus dibangkitkan dari tidurnya. "Indonesia adalah eksportir biji kakao nomor tiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana," katanya di Luwu, Sulawesi Selatan, Senin (23/11).

Hal itu ia ungkapkan dalam sambutannya pada pencanangan Gerakan Nasional Kakao Fermentasi untuk Mendukung Industri Dalam Negeri. Dalam acara itu hadir Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Zaenal Bachruddin, Dirjen Perkebunan, dan Bupati Luwu Ade Mudzakkar.

Suswono mengatakan, Indonesia masih sebatas sebagai eksportir biji kakao. Hal ini tentu tak memiliki nilai tambah karena belum diproses di industri. Untuk menunjukkan industri kakao tertidur, ia menyebut dari 16 unit industri kakao hanya tiga unit yang beroperasi. Lainnya, tiga unit berhenti total, satu unit dalam perbaikan, dan sembilan unit berhenti sementara. Padahal di sisi lain Indonesia menjadi importir kakao olahan.

Karena itu, ia mengatakan, "Bila perlu tak ada lagi ekspor kakao dalam bentuk biji." Sedangkan negara-negara yang tak memiliki pohon kakao justru menjadi penikmat dari industri kakao.

Pada tahap awal, ia mendorong agar petani kakao melakukan sedikit sentuhan dengan mengenalkan proses fermentasi kakao. Yaitu proses pengeringan biji kakao dengan diperam terlebih dulu dalam kotak tertutup. Setelah itu baru dijemur. Proses fermentasi ini akan menghasilkan biji kakao kering yang lebih sempurna dan menghasilkan cita rasa yang lebih baik serta aroma yang harum. "Jika difermentasi harganya naik 10 persen daripada dikeringkan secara biasa," ujar Suswono.

Melalui pencanangan gerakan ini Mentan berharap akan meningkatkan industri agro nasional, menghasilkan kakao yang bermutu, menciptakan daya saing, dan meningkatkan devisa negara. "Saat ini kakao menghasilkan devisa 1.150 juta dolar, nomor tiga setelah kelapa sawit dan karet dari sektor perkebunan," ujarnya. Ia berharap setelah melalui fermentasi, devisa dari kakao meningkat menjadi dua miliar dolar per tahun.

Ia juga bertekad melalui peningkatan penanganan pasca panen dan pengolahan para petani lebih sejahtera. Yakni dengan memperkuat kelembagaan petani. Hal itu akan menghindarkan petani dipermainkan tengkulak, memotong mata rantai pemasaran, dan menaikkan posisi tawar petani.

Adapun Dirjen PPHP Zainal Bachruddin menyebutkan proses fermentasi akan memberi nilai tambah dan menaikkan daya saing biji kakao Indonesia. Selain itu juga akan mendukung industri pengolahan dalam negeri.

Menurutnya, selama 42 tahun luas areal kakao meningkat signifikan. Pada 1968 hanya 12.855 ha, menjadi 1,5 juta ha pada 2008. Produksi kakao Indonesia mencapai 721.780 ton pada 2008 dan melibatkan 1,5 juta kepala keluarga. Kakao banyak ditanam di Sulsel, Sulbar, Sultra, Sumut, Jatim, dan Kaltim.

Zaenal mengakui sebagian besar biji kakao masih bermutu rendah karena tercampur jamur dan kotoran. Sehingga memiliki citra kurang baik di pasar internasional maupun domestik. Hal ini karena proses pengeringan tak melalui fermentasi. Sekitar 78,5 persen diekspor dalam bentuk biji, sedangkan 21,5 persen dalam bentuk olahan.

Produktivitas kakao Indonesia hanya 500 kg per hektar per tahun. Padahal pernah mencapai 1.500 kg per hektare per tahun. Penurunan ini akibat kelambatan peremajaan dan perawatan tanaman kakao. Karena itu jika segera direhabilitasi maka produksi kakao Indonesia akan meningkat pesat. ink/kpo

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/09/11/23/91191-mentan-bangkitkan-industri-kakao-indonesia

Read more...

Produk Limbah dan Daur Ulang Untuk Ekspor


Di Ngawi, Jawa Timur banyak terdapat hutan jati dan bekas/sisa pohon jati yang ditebang yang akarnya dibiarkan terlan¬tar begitu saja tertimbun tanah. Dalam upaya penanaman kem¬bali, pihak Perhutani kesulitan untuk menggali, mengangkut atau memindahkan limbah pen¬ebangan pohon tersebut. Sukesi, pemilik Sinar Jati Furniture dari Ngawi Jawa Timur melihat limbah tidak berguna ini sebagai bahan baku furniture. Akar-akar pohon jati yang terbengkalai itu kemudian diolah menjadi kursi, meja, lemari, pintu, gazebo, dan sebagainya dengan corak dan motif yang unik. Bahkan ban¬yak yang dibuat menjadi hiasan rumah dengan variasi ukiran yang indah. Nilai jualnya bisa mencapai puluhan juta Rupiah per jenis. “Saya sudah ekspor ke berbagai negara, tapi saya tidak ekspor langsung. Saya beker¬jasama dengan perusahaan yang bersedia mengekspor produk saya,” jelas Sukesi.

Sementara itu, limbah kayu jati juga dapat diolah menjadi produk kerajinan, termasuk kerajinan alat musik jenis saxo¬phone sekalipun. Perusahaan Saxwood adalah home industry yang memproduksi alat musik tersebut. Kayu jatinya merupa¬kan kayu jati dengan kadar air nol persen, sehingga suara yang dihasilkan sangat baik. Limbah kayu jati yang semula dijadikan kayu bakar kini menjadi barang bernilai ekonomis cukup tinggi. Saxophone yang dibuat oleh Saxwood dijual mulai dari Rp. 5 juta hingga Rp. 12 juta.

Pemi¬nat dari luar negeri pun cukup banyak, kendati sampai saat ini belum diekspor. Alat musik ini juga pernah dipakai pada even Java Jazz.

Lain lagi halnya dengan PT. Sumber Warna Prima (PT.SWP). Perusahaan percetakan ini memproduksi berbagai per¬alatan yang terbuat dari kertas, seperti kantong atau tas ker¬tas, buku, album foto, kartu ucapan dan sebagainya. Uniknya, semua peralatan yang dibuat selalu dihiasi dengan motif batik dengan ba¬han baku ramah lingkungan. “Semua produk kita diran¬cang multi fungsi. Misalnya kantong atau kertas untuk barang, setelah dipakai dapat digunting dan motif batiknya dapat dijadikan hiasan dind¬ing atau lainnya,” ujar Fery, karyawan PT.SWP.
Umumnya setiap produk PT.SWP mengandung bahan daur ulang. Namun demikian tidak mungkin menggunakan 100% daur ulang karena akan mempengaruhi kualitasnya. Sementara itu tinta yang di¬pakai berasal dari minyak ke¬delai, sehingga tidak berba¬haya bagi lingkungan. “Tinta tersebut masih kita impor dari Jerman, namanya tinta Hostman,” jelas Fery. (YAN)

Sumber : Sumber : Journal TEI 2010, Edisi No. 4, Sabtu 16 Oktober 2010

Read more...

Analisis Strategi Pemasaran Ekspor Produk Kerajinan Tangan di PT Sarinah (persero



Salah satu hasil produksi Indonesia yang termasuk ke dalam komoditi non migas adalah kerajinan tangan. Industri kerajinan tangan Indonesia sebagian besar merupakan industri dengan skala kecil dan menengah, bahkan banyak yang masih berupa industri rumah tangga. Kehadiran galeri atau department store merupakan salah satu solusi bagi industri kerajinan skala kecil dan menengah untuk memasarkan produk mereka. PT. Sarinah (Persero) merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang ritel pakaian jadi dan produk kerajinan. Salah satu unit usaha PT. Sarinah (Persero), SBU Aneka Usaha melakukan kegiatan ekspor kerajinan tangan. Selama ini negara tujuan ekspor dari SBU Aneka Usaha di bawah bendera PT. Sarinah (Persero) adalah Singapura, yaitu melalui Mount Faber Departmental Store Pte Ltd., serta beberapa negara lain yang didasarkan atas pesanan. Oleh karena itu dibutuhkan strategi yang tepat untuk mengembangkan pemasaran produk kerajinan tangan ke negara-negara lain dan kemungkinan produk kerajinan tangan lain yang dapat menembus pasar ekspor.

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1) Bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan selama ini? 2) Sampai sejauh mana faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan dapat mempengaruhi usaha ekspor yang dilakukan? 3) Apakah strategi yang dijalankan selama ini tetap dipertahankan atau memerlukan alternatif strategi pemasaran untuk meningkatkan ekspor ?

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan selama ini, melakukan identifikasi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran untuk meningkatkan usaha ekspor kerajinan tangan perusahaan, serta menyusun alternatif strategi pemasaran produk kerajinan tangan dalam rangka peningkatan dan pengembangan usaha ekspor perusahaan. Fokus utama penelitian ini adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan strategi pemasaran ekspor produk kerajinan tangan oleh SBU Aneka Usaha yang merupakan salah satu unit usaha dari PT. Sarinah (Persero) yang berada di Jakarta.

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus untuk mendapatkan deskripsi yang lengkap tentang obyek penelitian dan kondisi yang ada di perusahaan. Pengumpulan data dilakukan melalui data primer, yaitu dengan pengamatan langsung, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Selain itu juga dilakukan pengambilan data sekunder melalui data internal, yaitu dari laporan keuangan, jenis produk, data penjualan/ekspor, data harga produk, serta jumlah dan tingkat pendidikan karyawan, serta data eksternal, yaitu dari BPEN dan BPS. Pengolahan data dilakukan dengan analisis Strategi Bauran Pemasaran untuk mengetahui kondisi internal perusahaan dan analisis Struktur Industri untuk mengetahui kondisi eksternal perusahaan. Alat analisis lain yang digunakan adalah matriks IFE dan EFE, serta matriks SWOT.

Faktor internal perusahaan memperlihatkan enam kekuatan, yaitu aliran modal berjalan lancar dan kontinyu, hubungan baik dengan pemegang saham, produk kerajinan tangan yang dihasilkan berkualitas prima, kemitraan dengan para pengrajin terjalin dengan baik, hubungan baik dengan agen di luar negeri, serta lokasi toko strategis. Selain itu terdapat lima kelemahan, yaitu kurangnya tenaga profesional, kelemahan pada manajemen pemasaran, belum ada program penelitian dan pengembangan produk dan pasar, kurangnya intensitas promosi, serta kesulitan dalam memperoleh informasi produk dari pengrajin. Faktor eksternal perusahaan memperlihatkan tujuh peluang, yaitu trend ekspor meningkat, tidak adanya tarif ekspor produk kerajinan tangan, dukungan kebijakan pemerintah, trend desain produk berubah, minat masyarakat luar negeri meningkat, pemanfaatan teknologi informasi, serta krisis ekonomi dan moneter. Selain itu terdapat lima ancaman, yaitu kehadiran pesaing usaha sejenis, kondisi politik yang tidak menentu, tuntutan konsumen meningkat, biaya transportasi meningkat, serta isu produk ramah lingkungan. Perhitungan dengan matriks IFE dan EFE menghasilkan angka 2,4 untuk faktor internal perusahaan dan 2,5 untuk faktor eksternal yang berarti kondisi perusahaan berada pada kuadran kelima dalam matriks Internal - Eksternal. Hal ini berarti strategi yang harus diambil oleh perusahaan adalah strategi integrasi horizontal atau stabilitas.

Berdasarkan strategi yang diperoleh dari matriks SWOT dibuat matriks implikasi dari alternatif strategi melalui strategi bauran pemasaran sesuai dengan tujuan penelitian ini yang dijabarkan dengan strategi pengembangan pasar dan strategi penerobosan pasar. Alternatif strategi harga : Membina hubungan baik dengan mitra binaan untuk efisiensi dan efektivitas produksi, meningkatkan kualitas hubungan antara perusahaan dengan mitra binaan untuk menekan biaya produksi, menjaga kesesuaian harga produk agar lebih ekonomis dengan tetap menjaga mutu, sehingga lebih kompetitif, bersaing dengan harga yang lebih ekonomis dengan menekan biaya produksi, serta menjaga citra, kepercayaan, dan hubungan baik dengan perwakilan dagang. Alternatif strategi produk : Mempertahankan kualitas, nilai seni, serta mengembangkan kreativitas desain produk, memperbaiki manajemen perusahaan khususnya pada SBU Aneka Usaha, riset pasar dan produk untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan selera konsumen, melakukan usaha untuk meningkatkan kualitas dan desain produk dengan melakukan investasi modal ke pemasok, meminimalkan klaim untuk meningkatkan kepercayaan konsumen akan kualitas produk perusahaan, menyiapkan tenaga profesional untuk pengawasan dan riset produk yang menghasilkan produk berdaya saing tinggi, serta memanfaatkan teknologi informasi dalam hal database produk dan harga, serta selalu dalam kondisi up to date. Alternatif strategi distribusi : Menjaga kelancaran persediaan produk, mempertahankan komunikasi yang baik dengan pengrajin atau mitra binaan, menjamin ketepatan pengiriman produk, menjamin keamanan pengiriman produk dari kerusakan, cacat, ataupun pecah, meningkatkan efisiensi biaya transportasi, baik dari pengrajin maupun ke negara tujuan, memanfaatkan sarana internet untuk mencari konsumen baru, mengembangkan pasar melalui ekspor langsung, serta membina hubungan baik dengan agen atau perwakilan di luar negeri. Alternatif strategi promosi : Memberikan informasi terbaru kepada pelanggan mengenai produk yang ditawarkan, menunjukkan kredibilitas yang tinggi dengan menempatkan tenaga profesional saat mengikuti pameran, memperlihatkan contoh produk dan desain ruang pamer yang representatif, membangun website sebagai salah satu sarana promosi, membuat brosur yang menarik tentang produk yang ditawarkan, membuat alokasi dana promosi yang efektif dan efisien, memanfaatkan internet untuk pemasaran produk, mengikuti pameran dagang di dalam dan di luar negeri, menghadiri seminar nasional dan internasional, serta melakukan riset pasar ke negara yang berpotensi cukup besar.

Rangkuman dari hasil analisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menghasilkan strategi integrasi horizontal atau stabilitas dengan alternatif strategi melalui strategi bauran pemasaran adalah sebagai berikut. Strategi harga lebih ditujukan kepada kemampuan perusahaan untuk lebih meningkatkan hubungan kemitraan yang telah terjalin selama ini. Koordinasi kepada para pengrajin perlu dilakukan dalam hal menekan biaya produksi yang bertujuan untuk memberikan harga yang lebih ekonomis dengan kualitas yang terjaga, bahkan lebih baik lagi. Pelaksanaan penerapan alternatif strategi produk dapat dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut. Peniruan pola Jepang dalam melakukan investasi modal ke para pemasok atau pengrajin perlu ditinjau. Kondisi demikian bertujuan untuk menjaga loyalitas pengrajin untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan syarat yang diberikan oleh perusahaan dan kualitas produk yang seragam. Pelatihan dan pengembangan SDM perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan di bidang riset produk dan pemasaran. Selain itu perlu dilakukan penyimpanan data yang akurat dan up to date mengenai informasi produk, harga, serta pemasok atau pengrajin yang terlibat. Strategi distribusi yang dilakukan selama ini tidak bermasalah, hanya perlu ditambahkan dengan memberikan jaminan ketepatan waktu pengiriman dan keamanan produk dari kerusakan, cacat, ataupun pecah. Selain itu riset pasar perlu memperhitungkan tentang potensi pasar baru dan penambahan perwakilan dagang yang disesuaikan dengan kelancaran proses distribusi. Strategi promosi lebih mengutamakan keaktifan perusahaan untuk ikut serta dalam berbagai pameran dagang dan seminar, baik di dalam mau pun di luar negeri. Selain itu juga memanfaatkan website yang sedang dibangun sebagai sarana promosi ekspor produk kerajinan tangan.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disarankan terutama dalam aspek perbaikan kinerja perusahaan di bidang ekspor yang membutuhkan pengelolaan manajemen yang baik dengan dukungan tenaga kerja yang profesional. Bidang ekspor merupakan bidang yang berhubungan dengan dunia internasional, sehingga dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi yang baik. Pemilihan SDM didasarkan atas tingkat pendidikan yang tinggi (minimal sarjana Strata-1), memiliki kemampuan untuk bernegosiasi, memiliki pengetahuan dan seluk beluk kegiatan ekspor, serta berpengalaman dalam usaha pencarian dan pengembangan produk. Kualitas SDM yang ada perlu ditingkatkan dengan mengikutkan karyawan pada berbagai pelatihan dan pengembangan SDM, seminar, pelatihan komputer dan teknologi informasi lain, serta di bidang bahasa terutama bahasa Inggris yang sangat diperlukan dalam hubungan dan perdagangan internasional. Selain itu perlu dilakukan feasibility study untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengekspor produknya, sehingga dapat diperhitungkan kenaikan pangsa pasar dengan diberlakukannya alternatif strategi yang baru.

Sumber : http://elibrary.mb.ipb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=mbipb-12312421421421412-gumbirasai-546

Read more...

Produk Kerajinan dari Sampah kayu Sudah Diekspor di Eropa dan Amerika




Tak hasil dari tak usaha, mungkin itu suatu ungkapan yang mungkin megingatkan seseorang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dari salah satu pengusaha Indonesia bagian tengah, khususnya daerah propinsi bali terdapat pengrajin yang menghasilkan karya seni dan menarik beberapa pembeli internasional untuk melihat dan memperhatikan hasil produksi dari negara Indonesia.

Ide muncul begitu saja ketika Made Sutamaya (43) datang ke Pantai Kuta, tempat wisata terkenal di Pulau Bali. Ketika ia memandangi sampah ranting dan kayu yang berserakan di pinggir pantai, tiba-tiba ia berpikir bahwa ranting dan kayu yang terbuang itu bisa dimanfaatkan dan tentu saja menghasilkan uang.

Lelaki asal Singaraja ini lalu memunguti sampah kayu berukuran sedang dan dibawahnya pulang ke galeri. Ranting-ranting itu lalu diolah dan dijadikan hiasan untuk pinggiran kaca rias berukuran 60 cm x 100 cm. Ketika dipanjang di “Kioski”, nama galerinya, tak lama kemudian ada yang membeli. ‘Pembelinya orang Kanada, bahkan ia meminta saya membuat lagi model yang sama dan model-model lainnya,” .

Setelah hasil karyanya laku, Sutamaya berusaha menciptakan model-model lainnya. Terciptalah meja, kursi, hiasan dinding, kap lampu, dan masih banyak karya seni lainnya. Benda-benda karyanya ini ikut dipajang di galerinya. Banyak pengunjung terutama orang asing, yang tertarik melihat karya seninya.

Prsoses pembuatan yang rumit dan membuthkan kecermatan itu ternyata membuahkan hasil yang tidak sedikit. Kini omzetnya sudah mencapai ratusan juta rupiah per bulan. “Saya ekspor ke Eropa dan Amerika,” jelasnya. Untuk mendapatkan ranting kayu, meminta bantuan pekerja, tak hanya di Pantai Kuta, tapi di semua pantai di Bali. Bahkan ia pun mencarinya sampai kepantai-pantai di Pulau Jawa. Seutamanya lebih jauh menyatakan bahwa karya seninya itu ternyata lebih banyak dimintai oleh orang asing dibandingkan orang Indonesia.

Sumber : Journal TEI 2010, Edisi No. 4, Sabtu 16 Oktober 2010

Read more...

Buyers dari Eropa Tengah/Timur Cari Produk Indonesia pada TEI 2010


Kebutuan dari para pengusaha dalam memasarkan produk-produk mereka di dalam negeri. Namun dengan terdapatnya beberapa pameran yang bertaraf internasional, para pengusaha Indonesia dapat mengikuti pameran seperti pameran Trade Expo Indonesia (TEI) yang diselenggarakan pada tanggal 13-17 Oktober 2010 di Kemayoran – Jakarta. Pameran ini dikoordinir oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Naisonal c.q. Kementerian Perdagangan yang bekerjasama sama dengan beberapa instasni lainnya sehingga pada pameran ini menghasilkan kontrak dagang yang tinggi.

Adapun bebeberapa pengusaha yang telah mengikuti pameran ini, sebagian besar merasa puas dikarenakan telah mendapat hasil yang cukup memuaskan. Adapun pembeli tidak hanya berasal dari dalam negeri, namun dari luar negeri pun banyak yang berdatangan ke Kemayoran.

Kreativitas desainer Indonesia untuk berbagai produk furniture dan handicraft banyak menndapatkan pengakuan Internasional. Bagitu juga untuk produk-produk Indonesia lainnya yang mereka lihat di TEI 2010 belum masuk ke Eropa Tengah/Timur dan mempunyai potensi pasar di Negara-negara tersebut.

Penjelasan tersebut disampaikan buyers asal Kroasia, Darko Butigan, Direktur Pembelian dari Department Store terbesar “NAMA” dipusat kota Zagreb/Kroasia dengan turn over sebesar 20 juta Euro/tahun dan luasnya ruangan yang dipakai mencapai 16 ribu meter persegi dengan menjual berbagai macam produk.

Darko Butigan mencari produk : TPT, furniture, handicraft dan produk lain yang menarik yang dapat dipasarkan di Kroasia dan negara sekitarnya. Buyers lainnya adalah Milan Mracek dari Ceko menginginkan produk pertambangan, marbel, batubara dan lainnya.

Sedangkan Karel jerabek juga dari Ceko, mengatakan banyak produk-produk di TEI 2010 diluar dugaan dan tidak ada di pasar Ceko/Eropa Tengah seperti marmer bermotif kayu, produk Bee Poolen dari Bio Pharma, Virgin Coconut Oil yang dapat dipasarkan di Ceko. Karel akan mengadakan trial order dengan perusahaan yang memproduksi produk itu, setelah lolos dari izin memasuki pasar Uni Eropa. Martin Secansky dari Slovakia telah mengadakan pembicaraan lebih awal (12/10) dengan Calenium Pharmacy untuk bedak Kaladin dan sabun mandi JV Suplur. Martin juga mencari produk yang dipasarkan di Slovakia.

Kedatangan para buyers ini difasilitasi/dikoordinir oleh ITPC Budapest yang membawa 21 buyers dari Kroasia, Hongaria, Ceko, Slovakia, Macedonia dan Bosnia.

Dengan jumlah penduduknya 100 juta orang di Eropa Tengah dan Timur (lebih dari 10 negara) pada tahun 2009 GDP (Purchasing Power Parity) rata-rata US$ 8.000/tahun serta tingkat pertumbuhannya GDP 2%. Pelabuhan Reika di Kroasia atau Koper di Slovenia dapat digunakan sebagai entry point ke Eropa Tengah dan Timur maka prospek Kroasia dan Slovenia dapat digunakan sebagai pintu masuk produk ekspor nonmigas Indonesia dapat menjadi bahan pertimbangan eksportir Idnoensia untuk memasuki pasar Eropa Tengah/Timur.

Sumber : Journal TEI 2010, Edisi No. 2, Kamis 14 Oktober 2010

Read more...

Moral dan Etika Pengacara

>> Rabu, 13 Oktober 2010


Hiruk pikuk reformasi telah menciptakan perubahan pandangan rakyat Indonesia, bahwa untuk menggapai kembali kemakmuran yang telah dirampas oleh ketamakan rejim Soeharto dan kroni-kroninya, mulai saat ini setiap tatanan main di negeri ini harus dilandaskan kepada ketentuan hukum yang berlaku. Maka sangatlah wajar bila era reformasi ini merupakan momentum kebangkitan hukum yang selama ini tidak pernah dipergunakan. Melorotnya perekonomian Indonesia yang salah satu penyebabnya adalah lemahnya kontrol terhadap praktek-praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme),sehingga menyebabkan timbulnya praktek-praktek yang menggrogoti industri keuangan, khususnya bank-bank pemerintah yang dijadikan sasaran penjarahan besar-besaran dalam kurun waktu yang sangat lama. Didalam era reformasi ini, kita dapat melihat bahwa paradigma baru yang berkembang di dalam masyarakat soal kesadaran betapa pentingnya kita memiliki sebuah struktur hukum nasional yang kokoh.

Kesadaran untuk menegakan law enforcement di dalam era reformasi saat ini, tentunya disebabkan oleh begitu banyaknya praktek-praktek yang menimbulkan banyak kerugian bagi kehidupan berbangsa dan negara selama ini. Selama lebih kurang setahun kabinet reformasi yang dipimpin oleh Habibie memerintah negeri ini, sederet persolan yang fundamental yang berkaitan dengan pelanggaran-pelanggaran hukum yang tidak dapat dituntaskan sesuai dengan hati nurani keadilan. Peranan praktisi dan akademisi hukum diera reformasi sangat diperlukan,tidak hanya berkaitan dengan pembuatan produk-produk perundangan yang harus segera disiapkan dan diselesaikan dalam jangka waktu yang sangat sempit, namun juga bobot perundang-perundangan yang harus dapat menyesuaikan kepentingan yang sedang aktual sat ini.

Ditengah krisis ekonomi justru banyak pengacara dan konsultan hukum mengail rejeki karena banyak pekerjaan yang datang kepada mereka. Mulai dari pada minta bantuan soal penyelesaian hutang atau minta dibela karena ada ancaman pailit dari kreditor dan berbagai pekerjaan besar lainnya yang membutuhkan saran dan nasehat dari seorang ahli hukum. Tingginya konflik politik menjelang pemilihan umum, membuat para pengacara litigasi mendapatkan banyak klien kakap yang sedang terancam untuk dijebloskan kepenjara.Mereka yang sangat membutuhkan bantuan pengacara-pengacara tersebut tak lain anak-anak Soeharto beserta kroni-kroninya yang selama puluhan tahun telah menikmati banyak fasilitas dan uang-uang rakyat dengan mudah. Prilaku-prilaku merekalah yang membuat kehancuran yang lebih dalam atas negeri ini.

Setiap pengacara wajib untuk memberikan bantuan hukum kepada siapa saja yang datang kepadanya ini merupakan etika yang harus dilakukan, termasuk juga kepada mantan presiden Soeharto dan mantan Jaksa Agung Andi M.Ghalib.Didalam setiap bidang profesi, seperti halnya pengacara atau penasehat hukum-terdapat kode etik yang disepakati untuk dijalankan. Kode etik tersebut dipatuhi dan memiliki sanksi bila terbukti adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pengacara, yang biasanya merupakan anggota dari sebuah organisasi penasehat hukum.

Seorang pengacara wajib untuk memberikan bantuan hukum yang paling maksimal terhadap kliennya,namun bukan berarti kewajiban ini bersifat membabi buta.Seorang pengacara yang telah mengerti benar arti dan makna dari upaya untuk memberikan bantuan hukum, tidak akan terpengaruh ataupun terlibat secara emosional. Dalam kaitan dengan iklim reformasi dan demokratisasi yang akan terus bergulir, maka enviroment dunia kepengacaraan di Indonesia harus segera untuk melakukan pembenahan. Sejalan dengan pemikiran yang disampaikan oleh Prof.Liev, bahwa keberhasilan pelaksanaan penegakan hukum di Indonesia akan sangat tergantung keberhasilannya bila seluruh kekuatan tokoh-tokoh hukum bersatu, sebagai pressure group.
Sumber http://business.fortunecity.com/millionaire/97/moralitas_art.htm

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP