Cari Blog Ini

PELANGGARAN ETIKA PEMASARAN

>> Rabu, 06 Januari 2010

Seperti yang disampaikan Leon Schiffman & Leslie Lazar Kanuk dalam Consumer Behaviour, Etika jelas merupakan jalan dua arah. Agar proses pemasaran bekerja secara bermanfaat bagi seluruh masyarakat, para pelaku pasar dan konsumen sama-sama harus mengerti dan mempraktikan perilaku yang etis. Kaitannya dengan aktivitas pemasaran, tidak dapat dipungkiri banyak sekali praktek pemasaran yang secara etika bertentangan. Di sisi lain. Tidak sedikit pula konsumen yang melakukan pelanggaran etika. Sementara dalam konsep bisnis, orang cenderung berprinsip, time is money.

Adapun prinsip-prisnip Etis Dalam Iklan
-Iklan tidak menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud memperdaya konsumen.
-Iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk yang diiklankan
-Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan.
-Iklan tidak boleh mengarah pada tindakannya yang bertentangan dengan moralitas.

Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Kasali, 1995) Iklan bukanlah barang baru dalam sejarah perekonomian Indonesia. Namun iklan-iklan pada waktu itu memang belum banyak menggunakan gambar / ilustrasi. Tanda-tanda berkembangnya jasa periklanan di dalam negeri juga terlihat pada penggunaan tenaga kerja asing yang bekerja pada perusahaan jasa periklanan. Media yang muncul membawa perkembangan bagi dunia periklanan.

Media Faktor Pengubah sebagai berikut :
1.Surat Kabar Kemudahan izin, pendatang baru, tersedianya modal bank, profesionalisme wartawan, cetak jarak jauh, telefoto, dan lain-lain.
2.Televisi Kehadiran TV swasta, antena parabola dan lain-lain.
3.Papan Reklame Teknologi konstruksi (dari konstruksi rangka kaki lidi sampai sistem tiang tunggal dan tiang berputar, papan reklame elektronik atau komputer).
4.Bioskop Teknologi Cineplex layar tiga dimensi.
5.Radio Format station, saluran FM
Sumber : (Kasali, 1995)


Perusahaan-perusahaan di bidang media adalah mitra utama bagi biro iklan. Jenis media yang diproduksi biasanya dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu media cetak dan elektronik. Sesuai dengan namanya, media cetak adalah kumpulan berbagai media informasi yang dibuat (diproduksi) dan disampaikan kepada khalayak sasaran (pembaca) melalui tulisan (cetakan) dan seringkali disertai gambar sehingga data dilihat dan dibaca. (Majadikara, 2004).

Berbeda dengan informasi di media radio, informasi di media cetak bisa menampilkan gambar dan informasinya lebih rinci. Selain itu, informasi di media cetak lebih mudah disimpan atau didokumetasikan. Inilah salah satu kelebihan media cetak dilihat dari segi keefektifan komunikasi, khususnya komunikasi pemasaran atau periklanan. Oleh sebab itu, iklan cetak digemari pengiklan dan produsen. Tetapi, seiring dengan majunya teknologi media , peranan para ilmuwan telah banyak membuktikan bahwa konsumen dapat dibujuk untuk membeli sesuatu. Semuanya dilibatkan untuk mencari titik lemah konsumen. Keadaan yang tidak berimbang seperti ini mengakibatkan timbulnya kesadaran di kalangan konsumen bahwa mereka harus bersatu menentang tindakan semena-mena dari produsen dan pemasang iklan. Kebingungan akan informasi dalam iklan membuat pemerintah Indonesia menyusun kode etik periklanan yang melibatkan berbagai pihak. Kode etik ini merupakan tuntutan bagi terbinanya suatu dunia periklanan yang tertib, sehat, dan bertanggung jawab. Kode etik tersebut juga merupakan landasan untuk masyarakat dan berfungsi mengatur kehidupan periklanan yang dilaksanakan oleh masyarakat periklanan Indonesia. Namun, adanya kode etik periklanan ini belum menjamin sepenuhnya bahwa iklan akan semakin bertanggung jawab. Iklan sariayu, yang merupakan iklan media cetak ternyata belum sepenuhnya menjalankan kode etik tersebut. Ini dapat dilihat dari perbandingan visual dan teks yang tampak dengan point-point etika iklan yang telah ada. Iklan merupakan salah satu media bagi produsen untuk mengkomunikasikan produknya (barang atau jasa) kepada masyarakat konsumen.

Suatu media cetak dengan oplah 40.000 eksemplar yang dijual 3.000 Rupiah per eksemplar hanya menerima 120.000.000 Rupiah dari sirkulasinya. Dan itu belum dipotong pajak (PPN) komisi agen atau penyalur (30 %), biaya cetak (60 %), serta sejumlah biaya lainnya. Sulit sekali menutup semua biaya tersebut hanya dari penerimaan sirkulasi. Dari iklanlah pihak media dapat menyambung hidupnya. Jika ada 30 iklan yang masuk pada setiap edisi dan masing-masing membayar 4.000.000, rupiah maka pihak media dapat mensubsidi pembacanya tanpa menaikkan harga jual (Kasali,1995).

Gencarnya perusahaan pengiklan dalam menarik perhatian konsumen dapat dilihat dari banyaknya produsen kosmetik yang memuat iklan di media cetak seperti yang dimuat pada tabel di bawah ini :

NO BULAN TERBIT PRODUSEN KOSMETIK JENIS PRODUK
1 Des 2006-Mei 2007 Pixy Bedak Padat Lipstik
2 Des 2006-Mei 2007 Revlon Mascara Lipstik
3 Des 2006-Mei 2007 Viva Body Lotion skin food
4 Des 2006-Mei 2007 Citra Lulur bengkoang Body Lotion
Sumber : Data Pra Penelitian 2006-2007

Dari data di atas dapat dilihat bahwa iklan Sariayu memiliki jenis produk yang lebih banyak dibandingkan dengan produk kosmetik lainnya. Iklan yang dipasang oleh produsen kosmetik xxx hanya iklan bedak padat dan lipstik saja, sedangkan iklan dari produsen kosmetik citra terdiri dari lulur bengkoang dan Body lotion. Iklan yang dimuat di Tabloid Nova merupakan salah satu cara produsen kosmetik sariayu dalam menjangkau konsumen. Masing-masing iklan dibuat sedemikian rupa untuk menarik minat pembeli. Tinggal pada konsumen untuk memilih sesuai dengan kebutuhanmya. Tetapi konsumen perlu juga melihat kebenaran informasi produk, bukan hanya percaya pada iklan semata. Pada abad informasi ini, para jurnalis dan pemilik media kembali diuji oleh suatu pertanyaan, sampai seberapa jauh kepentingan bisnis mampu menutupi kepentingan masyarakat banyak? Apakah kepentingan hati nurani dapat dikubur begtiu saja oleh kepentingan bisnis semata? Mereka yang terjun dalam bisnis media massa dan yang telah membaca bagaimana menjual ruang dan waktunya, hendaknya dapat bertindak lebih bijaksana, lebih berhati-hati dan lebih mengutamakan perjuangan hati nurani : kejujuran, kebebasan dan kebenaran.

Iklan dan pesan iklan mengandung dua unsur penting dalam promosi.
1. Memberi informasi produk.
2. Meningkatkan penjualan.

Umumnya, semua pesan yang disampaikan harus benar (truthful) dan dalam zaman global ini pun manusia tidak luput dari tuntutan untuk tetap berpedoman kebenaran dalam hidupnya. Memang terdapat indikasi bahwa hidup manusia dewasa ini sudah tercemar dengan banyak kebohongan Banyaknya ketidaktahuan konsumen akan informasi mengenai produk dapat membuat kerugian di pihak konsumen. Penggunaan kata-kata yang ambigu dan terlalu membujuk dapat menimbulkan salah interpretasi pada Konsumen Seperti contoh dalam iklan kosmetika bedak Sariayu disebutkan jaminan memperoleh hasil dalam waktu tertentu. Pada hal ini dilarang oleh peraturan Departemen Kesehatan RI tentang pedoman pengiklan produk kosmetika.

Pelanggaran Produk Kosmetika xxx Jenis iklan Sumber Etika iklan Pelanggaran Produk Kuning langsat series Sariayu Nova No.990/XIX Media cetak : spot iklan harus tdk mencantumkan kegunaan dengan tulisan yang jelas terbaca. dan jenis bahan pembuat produk, Menjanjikan hasil dlm 4 mngg mmproleh kulit putih. Lulur SPA 2 in 1 Nova No.994/XIX Media cetak : spot iklan hrs dgn Tidak mencantumkan nama tulisan yang jelas terbaca. dan alamat perusahaan. xxx Tren Warna Parijs Van Java Nova No.984/XIX Media cetak : spot iklan harus dgn Tidak mencantumkan nama tulisan yang jelas terbaca, Iklan tidak dan alamat perusahaan boleh menjanjikan hasil mutlak seketika jika pemakaiannya harus dilakukan secara teratur dan terus-menerus. Bedak sariayu two way cake SPF 15 Nova No.981/XIX Kosmetika yg mengandung vitamin Tdk memberikan keterangan yang berfungsi bkn sbg vitamin tdk lebih lanjut, Menyebutkan boleh diiklankan dengan menyatakan vitamin dalam bahan yang fungsi vitamin tersebut dlm sediaan bukan berfungsi sebagai kosmetika yang dimaksud. vitamin. Sumber: Data Pra Penelitian Desember 2006 – Mei 2007 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada indikasi iklan sariayu melanggar kode etik periklanan. Berdasarkan tabel tersebut juga diketahui terdapat dua iklan sariayu tidak mencantumkan nama dan alamat perusahaan dalam iklan. Sedangkan iklan yang lain tidak mencantumkan keterangan yang lebih lanjut mengenai produknya. Adanya pelanggaran seperti di atas, maka dari itu menjadi alasan peneliti untuk melakukan analisis isi terhadap keempat iklan ini berdasarkan etika iklan.

Diketahui juga bahwa, terdapat daftar 70 produk kosmetik berbahaya dari BPOM yang terbagi menjadi empat kategori antara lain : 18 merek kosmetik rias wajah dan rian mata ; 7 merek kosmetik pewarna rambut mengandung bahan berbahaya dan bahan terlarang; 44 merek kosmetik perawatan kulit; dan satu merek kosmetik mandi. (sumber kompas).

erwin depok

Read more...

Penggunaan kendaraan Motor Gede

Segmentasi Pasar
Dalam sebuah pasar Membagi sebuah pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang khas berdasarkan kebutuhan, karakteristik atau perilaku yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang terpisah. Menurut Kotler :“Market segmentation is the process of breaking a heterogeneous group of potential buyer into smaller homogeneous groups of buyer, that is with relatively similar buying characteristics or needs”. Dengan kata lain segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup. Menurut Kotler :“Market segmentation is the process of breaking a heterogeneous group of potential buyer into smaller homogeneous groups of buyer, that is with relatively similar buying characteristics or needs”. Dengan kata lain segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup.


Menentukan Dasar Segmentasi
Dalam menentukan dasar segmentasi yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kondisi yang paling relevan. Sebagaimana diketahui konsumen berbeda dalam banyak hal dan masing – masing berpotensi membentuk segmen, namun kenyataan tidak semua variabel ini akan bermanfaat untuk semua situasi. Dengan demikian perlu kehati-hatian dalam memilih variabel segmentasi agar sesuai dengan perusahaan.

Selanjutnya Kotler, Kartajaya, Huan dan Liu (2003) menyatakan bahwa agar strategi segmentasi tersebut tepat perusahaan harus pertama, memandang pasar dari sudut yang unik dan dengan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing. Kedua metode segmentasi yang digunakan harus sejauh mungkin mencerminkan perilaku pembelian atau penggunaan serta menentukan alasan pelanggan untuk membeli. Karena alasan inilah dynamic atribut segmentation lebih unggul dibandingkan static atribut segmentation, sebab atribut ini lebih mengarah kepada perilaku pembelian, metode ini dapat memberikan informasi yang berharga bagi perumusan strategi pemasaran yang cocok untuk mempengaruhi perilaku konsumen tersebut.

Segmentasi konsumen berdasarkan demografi pada dasarnya adalah segmentasi yang didasarkan pada peta kependudukan misalnya: usia, jenis kelamin, besarnya anggota keluarga, pendidikan tertinggi yang dicapai, jenis pekerjaan konsumen, tingkat penghasilan, agama, suku dan sebagainya. Semua ini disebut dengan variable-variabel demografi.

Data demografi dibutuhkan antara lain untuk mengantisipasi perubahanperubahan pasar menyangkut bagaimana produsen barang dan jasa menilai potensi pasar dalam setiap area geografi yang dapat dijangkau. Segmentasi konsumen berdasarkan data demografi dibutuhkan untuk mengambil keputusan manajerial. Misalnya, stasiun televisi menggunakan data demografi untuk membuka pemancar (transmisi) baru atau bagian pemasaran suatu perusahaan menggunakan data demografi untuk membuka kantor cabang dan mengatur jumlah personel pemasaran yang dimilikinya.

Perusahaan pembuat sepeda motor merek Honda dan Harley Davidson pernah mengalami penurunan penjualan sepeda motornya di pasar Amerika pada awal tahun 1990an. Setelah diteliti ternyata telah terjadi perubahan pola demografis konsumen potensial pengguna sepeda motor yaitu pria berusia antara 1834 tahun. Mereka adalah yang lahir antara tahun 19461964 yang disebut juga baby boomers. Sebagian besar para baby boomers sudah merasa ‘tua’ dan tidak berminat lagi mengendarai sepeda motor sementara jumlah pria pada rentang usia tersebut ternyata telah sangat berkurang. Selain faktor demografis, penurunan penjualan juga dapat disebabkan munculnya produk alternatif yang dianggap lebih menarik misalnya: perangkat audio stereo, televisi layar lebar, peralatan fitness, peralatan fotografi dan video, fasilitas spa dan sebagainya. Fakta tersebut mendorong para pengelola pemasaran Honda dan Harley Davidson untuk meyakinkan calon konsumen bahwa membeli sepeda motor merupakan cara yang berharga untuk membelanjakan kelebihan pendapatan mereka sebagaimana produk lainnya. Melalui strategi pemasaran yang tepat, kedua perusahaan itu berhasil melawan tren penurunan penjualan sepeda motor dan menaikkan tingkat penjualan mereka. 4 Data demografi juga sangat dibutuhkan dalam menentukan strategi periklanan yang menyangkut bagaimana suatu produk dikomunikasikan kepada khalayak-khalayak sasaran. Dalam hal ini, pemasang iklan perlu memahami mediamedia apa saja yang dapat menjangkau segmen pasarnya, berapa anggaran yang dibutuhkan untuk menjangkau masing-masing segmen itu, kapan sebaiknya disiarkan dan siapa bintang iklan yang cocok untuk menjangkau setiap segmen. Praktisi pemasaran perlu memahami data demografi yang terkait dengan strategi iklan ini agar dapat menentukan media yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Kita akan membahas masingmasing variabel dalam segmentasi demografi ini.


Usia Pengendara Motor Gede
Biasanya konsumen dibedakan menurut usia anakanak, remaja, dewasa dan orang tua. Tetapi pembagian ini masih dianggap terlalu luas. Misalnya, kelompok usia dewasa memiliki bentang usia yang cukup luas sehingga perlu dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Belch & Belch 5 membagi segmentasi berdasarkan usia sebagai berikut:

Belch & Belch membagi segmentasi berdasarkan usia sebagai berikut:

NO KELOMPOK USIA
1 0 – 6 tahun
2 6 – 11 tahun
3 12 – 17 tahun
4 18 – 24 tahun
5 25 – 34 tahun
6 35 – 49 tahun
7 50 – 64 tahun
8 Di atas 64 tahun


Biro Pusat Statistik (BPS) membagi konsumen dan audien media massa berdasarkan usia
yang dikelompokkan sebagai berikut:
BPS

NO KELOMPOK USIA
1 0 – 6 tahun
2 15 – 20 tahun
3 20 – 29 tahun
4 30 – 39 tahun
5 40 + tahun


erwin depok

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP