Cari Blog Ini

MENGAPA BANK SULIT MEMBERDAYAKAN EKONOMI RAKYAT?

>> Selasa, 20 Oktober 2009

Pendahuluan

Memberdayakan ekonomi rakyat di daerah terpencil Kutai Barat ternyata merupakan perjuangan berat bagi siapapun. Bahkan mereka yang percaya perbankan merupakan “agent of development” yang berperan kunci dalam memberdayakan ekonomi rakyat bisa “kecele” menyaksikan kenyataan pahit sulitnya bank bermitra akrab dengan pelaku-pelaku ekonomi rakyat yang miskin, baik di wilayah Ulu Riam di Mahakam Ulu, di kampung-kampung pegunungan, maupun di dataran rendah sepanjang Sungai Mahakam. Meskipun Pemda Kabupaten Kutai Barat sudah menunjuk Bank BPD Melak menyalurkan dana UMKM kepada usaha-usaha kecil “ekonomi rakyat” sebesar Rp 7,5 milyar dari dana APBD, tokoh penerima dana-dana DPM (Dinas Pemberdayaan masyarakat) ini masih belum merasakan adanya perhatian dan perlakuan khusus terhadap mereka sebagai pihak-pihak yang berhak menerima perlakuan “istimewa” karena kemiskinannya.

Bank adalah Mitra Orang Kaya
Sejak 3 tahun terakhir (2001-2003) jumlah dana masyarakat yang disimpan di 2 bank di Melak (BRI dan BPD) meningkat rata-rata 12,0% pertahun, yaitu dari Rp. 214,2 milyar (2001) menjadi Rp. 256,0 milyar (2002) dan Rp. 272,4 milyar (2003). Yang menarik persentase kenaikan dana pihak ke-3 yang disimpan di bank-bank ini sama sekali tidak diikuti kenaikan yang sepadan dalam jumlah kredit yang diberikan kepada pengusaha-pengusaha di Melak. LDR (Loan Deposit Ratio) meskipun cenderung naik tetapi hanya sebesar berturut-turut 2,2% (2001), 10,8% (2002), dan 13,8% (2003) dan sampai dengan September 2004 adalah 32,1%. Rupanya kalau tidak ada kredit “UMKM” yang disalurkan dari dana APBD Pemda kabupaten, tidak ada tanda-tanda perbankan “bersemangat” menyalurkan kredit kepada pengusaha-pengusaha di Melak, lebih-lebih kepada usaha-usaha kecil ekonomi rakyat.
Di satu pihak usaha-usaha kecil lari ke “rentenir” dengan membayar bunga tinggi, tetapi di pihak lain orang-orang kaya menyimpan uang mereka di bank dalam bentuk deposito dengan menerima bunga “menarik”. Para pelepas uang dan deposan menikmati pendapatan bunga tinggi, dan sebaliknya orang miskin harus membayar bunga tinggi kepada orang-orang kaya.
Jika ekonomi rakyat dapat diberdayakan melalui kredit lunak sehingga kesejahteraannya meningkat, mengapa Pemda tidak terdorong untuk mengambil langka-langkah demikian dalam GSM (Gerakan Sendawar Makmur) dengan menyalurkan kredit mikro sebanyak mungkin kepada usaha-usaha ekonomi rakyat yang membutuhkannya. Ternyata kunci penyebabnya terletak pada diberlakukannya sistem ekonomi kapitalis yang telah dipilih oleh pemerintah pusat. Dalam sistem ekonomi kapitalis segala upaya dilakukan untuk melindungi kepentingan para pemodal/pemilik uang, yang dengan memberikan jaminan rasa aman pada para pemilik modal ini. Maka ada lembaga penjaminan kredit, dan dalam kaitan penyaluran kredit UMKM ada lembaga KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank), yang dibiayai oleh sebagian bunga kredit yang dibayar penerima kredit (debitor). Mengapa tidak ada Konsultan Keuangan Mitra Ekonomi Rakyat (KKMER) meskipun jelas ekonomi rakyat inilah yang paling membutuhkan jasa konsultan, bukan justru bank yang sebenarnya tidak memerlukan konsultan keuangan itu.
Kalau perangsang dan perlindungan kepada para pemilik modal dalam sistem ekonomi kapitalis ini belum dianggap cukup, Bank Indonesia sudah sejak lama mengeluarkan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) yang menjanjikan bunga menarik kepada dunia perbankan untuk menyimpan dana-dana yang dihimpunnya dari daerah-daerah di seluruh Indonesia. Penetapan tingkat bunga yang menarik selalu dijadikan alasan mudah bagi dunia perbankan untuk tidak menyalurkan dananya sebagai kredit kepada dunia usaha. Bunga SBI ini pernah mencapai 17,5% pertahun yang tentu saja menjadi alasan sangat kuat bagi setiap bank untuk mengirimkan dana-dana pihak ke-3 yang dihimpun di bank-bank di daerah-daerah di seluruh Indonesia untuk dikirim ke Jakarta. Inilah faktor penyebab rendahnya nilai LDR (Loan Deposit Ratio) di setiap daerah, sehingga ketika banyak daerah-daerah miskin/tertinggal berteriak mengharapkan kredit yang murah dan mudah, tokh dana-dana perbankan yang terhimpun di daerah-daerah seperti itu justru dikirim ke kantor pusat bank yang bersangkutan. Bank-bank yang lebih banyak mengirim dana-dana dari daerah-daerah ke kantor pusat selalu mudah menerangkan perilaku keliru ini karena “kesulitan menemukenali” proyek-proyek ekonomi dan bisnis yang bankable yang dapat didanai, padahal yang benar bank-bank ini memang merasa lebih aman menggunakan dana-dana yang dihimpun dengan dibelikan SBI.

Jelas kiranya dari analisis ini bahwa perbankan di Indonesia tidak lain daripada lembaga pencari/pengejar untung, dan sama sekali bukan agent of development. Jika bank-bank kita lebih banyak merupakan perusahaan yang menomorsatukan pendapatan bunga, agar dapat membayar jasa bunga deposito yang menarik kepada deposan, bahkan termasuk tambahan hadiah-hadiah menarik seperti mobil dan rumah-rumah mewah, maka amat sulit menjadikan bank sebagai penggerak kegiatan ekonomi rakyat. Akibatnya bank juga tidak mungkin berperan sebagai lembaga yang mendukung upaya-upaya besar pemberantasan kemiskinan.


Kesimpulan
Kasus “kecil” perilaku perbankan di Kabupaten Kutai Barat dengan kemiskinan 42% tahun 2003-2004 menarik dijadikan contoh betapa besar hambatan yang dihadapi dalam program-program pemberantasan kemiskinan. Jika suatu daerah miskin sebagian warga masyarakatnya sudah berhasil “menjadi kaya” sehingga mampu menyimpan dana-dana yang dikumpulkannya di bank setempat, kiranya masuk akal bagi perbankan untuk memanfaatkan dana-dana tersebut bagi pemberdayaan ekonomi rakyat dan yang pada gilirannya mampu memberantas kemiskinan. Proses tolong-menolong antar pemilik modal dan ekonomi rakyat yang membutuhkan modal ini dalam era otonomi daerah seharusnya berkembang dengan baik dan bergairah. Tetapi mengapa hal ini tidak terjadi? Dari analisis tersebut bisa dibuktikan bahwa alasan pokoknya adalah karena sistem ekonomi kapitalis-liberal/neoliberal sudah dijadikan pegangan pokok pemerintah pusat/ daerah yang diterapkan di mana-mana di seluruh Indonesia. Dalam sistem ekonomi kapitalis, para pemilik modal (kapitalis) merupakan pihak yang paling dipuja dan dihormati, yang kepentingannya paling dilindungi. Dari sinilah berkembang kepercayaan perlunya penciptaan iklim merangsang agar para pemodal (investor) asing bersedia datang ke Indonesia atau ke daerah-daerah tertentu untuk menanamkan modalnya.


ekonomi, jakarta

Read more...

UKM DI MASA KRISIS EKONOMI, DISTRIBUSI SPASIAL

>> Selasa, 13 Oktober 2009

Para pengusaha di kalangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang merupakan bagian penting dari perekonomian dalam suatu negara. Ada beberapa tiga alas an dalam sebuah negara berkembang pada keberadaan UKM (Berry, dkk, 2001) antara lain : karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi, karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar.

Berdasarkan dari data PDRB, krisis ekonomi telah menyebabkan propinsi-propinsi di Jawa mengalami kontraksi ekonomi yang lebih besar ketimbang daerah-daerah lain di Indonesia. Pada tahun 1998, saat ekonomi Indonesia mengalami kontraksi terparah, hanya Papua saja yang pertumbuhan ekonominya masih positif sedangkan propinsi-propinsi lainnya mengalami kontraksi. Pada tahun tersebut, seluruh propinsi di pulau Jawa mengalami kontraksi ekonomi yang jauh lebih parah daripada propinsi-propinsi lainnya (Akita dan Alisjahbana, 2002).


Pada Tabel 1 menggambarkan tingkat pengangguran dengan tingkat 4,9% (1996) menjadi 6,1% (2000) dan telah telah membalikkan tren formalisasi ekonomi sebagaimana tampak dari berkurangnya pangsa pekerja sektor formal menjadi 35,1.

Sektor informal sendiri merupakan sektor dimana sebagian besar tenaga kerja Indonesia berada.


DISTRIBUSI SPASIAL UKM
Seperti juga industri manufaktur besar dan menengah, distribusi spasial UKM dalam kurun waktu 1996-2000 juga terpusat di Pulau Jawa. Pada tahun 1996, sekitar 66 persen UKM Indonesia berada di Jawa (Tabel 2). Sejak terjadi krisis ekonomi, UKM justru makin memusat di Jawa, yakni menjadi sekitar 68 persen dari seluruh unit usaha UKM yang ada di Indonesia. Dari lima propinsi di Jawa, hanya DKI Jakarta saja yang cenderung mengalami penurunan andil, sedangkan Jawa Tengah mengalami peningkatan secara sinambung. Selain propinsi-propinsi Jawa, hanya Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan saja yang andilnya dalam jumlah UKM cukup tinggi.
Selain dari jumlah unit usaha, distribusi spasial tersebut tentu perlu pula dilihat dari sisi tenaga kerja. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa krisis ekonomi mulanya menurunkan pangsa pulau Jawa, namun mulai tahun 1998 pangsa Jawa kembali meningkat sampai menjadi 66 persen pada tahun 2000. Sedangkan Sumatera justru sebaliknya, yakni meningkat pada tahun 1998 namun kemudian terus menurun sampai menjadi kurang dari 16 persen pada tahun 2000.

Menurut Kuncoro, bahwa sampai sebelum tahun 1988, konsentrasi spasial industri memiliki pola menurun, namun sejak memasuki periode deregulasi, konsentrasi spasial tersebut justru mengalami peningkatan. Diketahui juga bahwa peningkatan konsentrasi spasial jauh lebih mencolok di Jawa daripada Sumatera maupun pulau-pulau lainnya di Indonesia. Masih menurut Kuncoro (2002b), dalam kasus Indonesia, deregulasi perdagangan bersama dengan serangkaian deregulasi yang diterapkan justru memperkuat konsentrasi spasial industri manufaktur.
Sedangkan untuk kasus industri manufaktur Indonesia 1980 dan 1996, Sjöberg dan Sjöholm (2002) menggunakan indeks Herfindahl dan indeks Ellison-Glaeser terhadap data tenaga kerja maupun nilai tambah yang dihasilkan industri manufaktur. Kesimpulan yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan temuan Kuncoro. Dari analisisnya, Sjöberg dan Sjöholm memukan bahwa tingkat konsentrasi spasial industri manufaktur dalam kurun waktu 1980-1996 tidaklah berkurang. Ditambahkan pula bahwa liberalisasi perdagangan yang dimulai tahun 1983 telah gagal menurunkan tingkat konsentrasi industri manufaktur.

Read more...

7 Manfaat dengan Pasang Iklan di Majalah Elektronik

>> Senin, 05 Oktober 2009

Iklan di majalah elektronik (Ezine) adalah salah satu medium terbaik untuk mengiklankan produk anda, atau meningkatkan kunjungan ke situs web Anda.
Jika anda ingin menjangkau 'target' pasar Anda secara efektif, maka iklan di ezine adalah cara yang dapat Anda lakukan. Anda tidak akan pernah dituduh karena melakukan spamming karena semua resipien yg menerimanya telah terdaftar ke ezine tersebut sesuai dengan keinginannya.
Ada cara yang bagus untuk meluncurkan sebuah produk, katakanlah anda baru saja menulis sebuah buku elektronik (ebook), dengan harga Rp. 55.000,- maka anda dapat dengan mudah mendapatkan uang hanya dalam jangka waktu 2 atau 3 hari dengan membeli sebuah iklan di dalam suatu Ezine yang memiliki ribuan pembaca. Jika iklan anda menarik, maka anda dapat menjual beberapa ratus ebook, dan itu merupakan sebuah keuntungan yang cukup besar karena anda tidak perlu mengeluarkan biaya biaya yang besar atau mungkin lebih kecil. Pasang Iklan di Ezine sangat direkomendasikan oleh semua 'guru' pemasaran di Internet.
Keuntungan-keuntungan utama beriklan dalam Ezine diantaranya adalah:
1# Target Pembaca sudah tersegmen.
Ada banyak Ezine yang meliputi begitu banyak topik yang berbeda dimana sangat mudah untuk menemukan orang-orang dengan 'TARGET YANG TERTENTU' untuk menawarkan sesuatu. Jika anda telah menggabungkan Ezine dengan produk yang sedang anda jual, maka anda telah sukses menjangkau pembaca anda. Anda bukan hanya dapat menjangkau pembaca anda, tetapi juga dapat menjangkau lebih banyak lagi. Harus diingat pula bahwa semakin Anda memilih ezine dengan 'target segmen' tertentu, maka lebih banyak pula respon yang anda dapatkan. Itulah sebabnya iklan Ezine hampir selalu membawa hasil yang bagus. Anda dapat menerima puluhan dan mungkin ratusan pertanyaan tentang produk atau jasa anda.
2# Cuma-cuma Dalam Jangka Panjang
Hampir semua Ezine diarsipkan di dalam situs web mereka, ribuan orang dapat membaca arsip ini, maka iklan anda akan dapat dilihat oleh para pengunjung belakangan yang berkunjung ke situs web sehingga tanpa Anda harus membayar lagi, mereka membaca iklan Anda. Hal ini akan meningkatkan penjualan ekstra Anda dalam jangka panjang.
3# Ujilah iklan anda sesegera mungkin
Dengan iklan di Ezine memungkinkan anda dapat mengukur efektifitas iklan-iklan yang berbeda di ezine yg berbeda-beda tergantung 'target' pembacanya dengan segera tanpa menunggu berhari-hari. Jika diiklankan secara offline, maka anda biasanya harus menunggu berhari-hari hingga anda menerima respon atas iklan anda.
#4 'Target' Pembaca sudah percaya terhadap Ezine
Para penerbit Ezine telah membangun suatu kepercayaan antara mereka sendiri dengan para pembacanya. Hanya dengan menaruh iklan anda di sebuah Ezine, maka iklan tersebut akan lebih enak dibaca karena muncul dalam terbitan yang mereka sukai dan percayai. Bahkan akan lebih berhasil lagi jika penerbit/editor menambahkan testimonial secara pribadi terhadap produk Anda yg dipasang! Semua ini membuahkan penjualan kepada anda.
5# Persaingan sedikit kurang
Iklan di Ezine harus mengikuti peraturan yang ada yang diberikan oleh penerbit, sehingga semua pemasang iklan harus mematuhi peraturan yg dibuat oleh si penerbit. Seperti misalnya, tidak lebih dari 4 atau lima baris. Jadi siapa yang dapat menjual lebih banyak adalah mereka yang sanggup memiliki kecakapan dalam hal "sales copywriting" yg emosional. Sedangkan media cetak offline mengizinkan ratusan iklan dengan besar yang berbeda-beda tergantung kemampuan uang yang Anda miliki, artinya mereka yang memiliki uang yang besar maka akan besar iklannya dan akan lebih menarik mata pembaca.
6# Biaya sangat hemat namun efektif
Iklan dalam Ezine bukan hanya efektif, tetapi juga sangat terjangkau. Sangat jarang Anda rugi, paling tidak Anda mendapatkan 'break even' dari penjualan melalui pemasangan di Iklan ezine.
7# Bonus bagi kolomnis
Bahkan beberapa ezine menawarkan atau membuka peluang bagi siapa saja yang menulis atau menyumbangkan artikel dapat memperoleh iklan baris pada akhir tulisannya, dengan menuliskan sedikit bio di bawahnya. Dan ini pasti bonus bagi Anda untuk meningkatkan 'traffic' dan membangun 'brand' dari bisnis internet Anda.

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP